Jumat, 13 April 2012

Membaca Aura Dosen

          Pagi itu cuaca sangat dingin, aku berangkat kuliah bersama papa ku, mengingat hari itu masuk pukul 07.00 pagi agak terburu-buru untuk pergi ke kampus karena rumah ku yang lumayan jauh dari kampus, sesampainya dikampus akupun masuk ke dalam kelas yang masih sangat berisik karena Dosen pun belum datang. Aku sangat ingat hari itu pelajaran Bapak.Manap Solihat Dosen mata kuliah komunikasi massa yang sekaligus adalah seorang Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dikampus ku. Beliau orang yang sangat enak dalam mengajar, dengan senyumnya yang manis beliau memberikan pengajaran-pengajaran dengan santay namun serius, jika melihat beliau orang-orang pasti akan mengira beliau orang yang selalu berbahagia tanpa ada masalah, karena tak sedikitpun terpancar kesedihan dari raut wajahnya. Namun lain halnya dengan apa yang aku lihat saat itu, aura putih yang sejuk dilihat mata bersinggungan dengan aura coklat gelap yang jelas terpancar dari tubuhnya, akupun mulai heran, feeling ku mulai berbicara seakan melihat kegelisahan dan kegundahan dalam hatinya. Beliaupun memberikan tugas yang harus dikerjakan pada saat itu juga, saat semua sudah selesai mengerjakan tugas-tugasnya dan mengumpulkannya di meja Dosen, aku tetap diam di kursi menunggu yang lain selesai mengumpulkan dan pergi keluar kelas.

          Giliran aku mengumpulkan tugas, di awali dengan kata maaf aku mencoba berbicara pada beliau "Bapak maaf sekali maaf, bukan maksud jani mau lancang, tapi jani lihat bapak seperti sedang ada masalah?" Beliau sempat memperlihatkan wajah kaget sambil berkata "kok kamu tau?coba duduk dulu ambil kursi kesini" akupun menuruti perintah beliau, ku ambil kursi ku duduk didepan beliau dan sekali lagi menjelaskan "aura bapak tuh enak dingin putih, tapi yang jani lihat seperti ada sesuatu dalam aura itu" dengan tidak berbasa-basi lagi beliau menceritakan apa yang sedang dia alami kekhawatiran dan kegelisahan yang tak bisa aku share pada siapapun masalah beliau, hingga beliaupun bertanya apa yang harus beliau lakukan untuk menghadapi permasalahannya, aku hanya bisa memberi sedikit pesan pada beliau jika beliau tak perlu panik karena kalau panik semuanya akan berantakan, beliaupun memberikan senyumannya padaku, sehingga akupun merasa tenang sudah menyampaikan apa yang aku lihat dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar