Sabtu, 21 April 2012

Kuburkan Aku Selayaknya !!!

          Sore itu jam 4 lewat 15 menit, cuaca masih sangat cerah bahkan cahaya matahari masih terasa menyengat, aku duduk terdiam didalam sebuah mobil merah berjurusan elang-cicadas. Kuliah yang sangat padat dan perjalanan yang lumayan jauh yang terkadang memakan waktu 2 jam, membuat ku ingin segera sampai dirumah, aku ingat sore itu papa masih ada dikantornya, karena terik matahari yang membuat aku malas menempuh perjalanan dengan menggunakan angkutan umum melangkahkan kaki ku menuju kantor papa, ya....lumayan irit ongkos terus gak cape lagi. Sesampainya dikantor papa, aku masih duduk manis diruang tunggu karena papa masih sangat sibuk dengan pekerjaannya. 

          Saat itu aku duduk dibangku panjang menghadap ke arah dalam ruang Unit Gawat Darurat (UGD) pas sebelah pintu masuk UGD dekat tempat duduk satpam, saat sedang asik mendengarkan lagu yang aku putar dihandphone ku, aku melihat ke arah luar melintas sebuah mobil ambulance rumah duka berwarna hijau tua, aku masih sangat ingat ambulance itu bernama "Rumah Duka Siluman Hijau" dengan lambang ular melingkar, sedikit tertawa tanpa suara membaca nama ambulance itu "ah..ada-ada saja". Bosan hanya duduk diam melihat perawat-perawat dan pasien berlalu lalang, akupun berjalan-jalan ke arah luar UGD, diluar ku lihat ambulance itu dari kejauhan, banyak sekali orang yang mengerumini ambulance tersebut, rasa penasaran mulai menggerumbun di otak ku seakan mengajak ku untuk melangkahkan kaki menuju ambulance tersebut, dengan perlahan aku menghampiri ambulance tersebut, seorang pria separuh baya turun dari dalam ambulance itu, lalu ada seseorang yang bertanya kepadanya "Mau ambil jenazah Pak?" pria separuh baya itupun menjawab "engga,saya bawa jenazah mau di formalin." 

          Entah apa yang ada dipikiran pria separuh baya tersebut sampai ingin mengawetkan mayat yang dia bawa, mayat yang seharusnya dimakamkan dengan kiriman doa-doa, rasa penasaran itu semakin menggerogoti perasaan ku, seakan ada yang memanggil ku untuk semakin ingin tahu, akupun berjalan ke arah pinggir ambulance tersebut, aku melihat kearah dalam ambulance yang terhalang orang-orang yang berdiri didepan ku, terlihat seorang wanita tua sedang duduk dengan wajah sedih melihat ke arah jenazah yang tepat ada didepannya, ku picingkan mata ku, terlihat jelas tepat didepan wanita tua tersebut sosok seorang wanita mengenakan kain hitam panjang dengan rambut tebal panjang dan kepala yang menunduk, namun seketika mata kosong wanita tersebut melihat ke arah ku, aku hanya bisa berdiri diam melihat ke arahnya, melihat wajahnya yang masih menunduk namun mata yang terus melihat ke arah ku, seketika aku lihat dia menggelengkan kepalanya dengan wajah sendu, dan terdengar jelas bisikannya "aku tak mau di awetkan, kuburkan aku selayaknya" suara itu terdengar jelas namun menggema dan setengah menjerit, kepala ku mulai terasa sakit, namun entah mengapa air mata yang tiba-tiba menetes dipipi ku saat mendengar sosok tersebut berbicara padaku ia tak ingin di awetkan, ia tak mau badannya dilumuri formalin, ia masih menggelengkan kepalanya sambil melihat ke arah ku dan bisikannya yang masih jelas ku dengar.


Hatiku mulai berbicara, "kasihan kau nona, kau tak ingin di awetkan, kau ingin dikuburkan selayaknya, namun apa yang bisa ku lakukan?aku tak bisa menolong mu, maafkan aku :(" andai bisa ku katakan pada kedua orang tuanya kalau ia tak ingin di awetkan, ia ingin dikuburkan selayaknya, tapi itu tak mungkin aku tak mengenal mereka tak ada hak untuk ku berbicara. Tak tahan melihat sosok wanita dengan kesedihannya itu, akupun berlalu berjalan menuju UGD untuk kembali duduk menunggu papa, dengan rasa bersalah ku yang bisa melihat dan mendengar keluhannya namun tak bisa membantunya, akupun mengatakannya lagi "maaf aku tak bisa membantu mu" 

Tuhan semoga dia tenang atas kematiannya.

Minggu, 15 April 2012

GANI

    2 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 30 Mei 2010, hari sabtu jam 22.45 di Jln.Nagreg, telah terjadi kecelakaan sebuah box container menimpa sebuah mobil kijang hingga menewaskan 8 orang yang berada dalam mobil tersebut, 1 diantara 8 orang yang meninggal dunia dalam kecelakaan itu ada seorang pria tampan yang baik hati, selalu membuat setiap orang-orang terdekatnya tertawa senang termasuk aku, dia adalah Gani (Rahmat Gani Noviar) pacar ku.

          Aku mengenalnya cukup lama, awal sebuah pertemanan ku jalin bersama Gani hingga berbulan-bulan berlalu kamipun saling menyukai, dari saling seringnya kita bercerita, bercanda, bahkan cerita-cerita tentang mantan-mantan Gani aku tau semua. Gani orang yang sangat baik buat ku, tak jarang aku mengeluh tentang masalah-masalah ku padanya, kesedihan ku, namun ia tak pernah risih dengan cerita-cerita ku, malah kalau aku sedih Gani selalu bisa membuat ku tertawa, aku senang bisa mengenalnya bahkan bisa mencintainya aku sangat senang, Gani selalu bisa membuat aku tertawa, namun kecelakaan itu telah membuat tawa ku menjadi sakit, Tuhan mengambil Gani dengan cara yang mengenaskan tragis!!!

          2 tahun berlalu sudah aku tak pernah lagi lewat ke Jln.Nagreg, bahkan aku tak mau, jika biasanya setiap tahun aku berlibur ke kota Jogya,Solo tapi kali ini aku benar-benar tidak mau. Aku takut sungguh takut, dengan kelebihan yang aku punya yang terkadang membebani ku, aku tak mau lewat ke jalan itu aku takut memori ku berputar flashback sehingga aku melihat dimana saat kecelakaan itu terjadi, dimana aku harus melihat sebuah box container menimpa mobil Gani dengan kerasnya, aku tak mau melihat semua itu.

 

"Tuhan kau telah membawa Gani pulang ke Surga Mu". Penglihatan dan pendengaran ku akan dunia-dunia Ghaib yang sekarang sering aku alami, kejadian-kejadian yang terkadang memutar flashback dikepala ku sempat membuat ku bertanya "mengapa aku tak pernah bertemu dengan Gani?mengapa aku tak pernah melihat sosok seorang Gani?padahal ingin sekali aku berbicara dengannya" sempat tersirat dalam benak ku, dengan kemampuan melihat dunia lain selain dunia manusia ingin sekali aku melihat Gani, bahkan bercengkrama berbagi cerita dengannya, tapi mengapa aku tak bisa melihatnya berbicara dengannya? Tuhan..Kau beri kelebihan ini padaku, kelebihan yang tak pernah aku minta padamu, kelebihan yang terkadang membebani ku, rasa sakit kepala yang terkadang ku rasakan jika telah melihat sesuatu diluar akal sehat manusia dengan ikhlas ku lewati meskipun tak jarang aku menangis menahan rasa sakit itu, rasa lemas seakan energi ku terkuras juga ku lalui dengan ikhlas, semua itu ku terima tak lebih karena rasa syukur ku padamu. Namun mengapa tak Kau ijinkan aku melihat sosok Gani, sekali saja?Mengapa Tuhan?Apa karena Gani sudah tenang bersamamu? Baik,jika itu alasanmu aku terima. Hanya do'a, pesan yang bisa aku titipkan padamu untuk Gani, tapi jika suatu saat Kau ijinkan, biarkan mata ini melihat untuk mendengar dan berbicara pada Gani. Titip salam ku untuknya Tuhan, katakan kebaikannya telah membuatku mencintainya. :')

Sabtu, 14 April 2012

"Mangir Langsat"

          Wanita cantik itu berdiri tepat didepan pohon mangga yang telah ditebang, dengan rambut yang dikepang dipinggir,kebaya kuning dan samping coklat panjang, sedang memperhatikan ke arah ku, kamipun saling pandang, tak begitu rasa takut mendera dalam diriku hanya keheranan saat melihat wanita itu yang juga tersenyum padaku, baunya sangat menyengat bau mangir langsat, kalian tau apa itu mangir? mangir itu seperti sejenis bahan-bahan kecantikan pada jaman dulu, sejujurnya akupun tak begitu tau apa itu mangir namun saat melihat wanita itu feeling ku seketika berbicara "ia baru saja mengenakan mangir berwarna kuning langsat, dan baunya sangat tajam" entah itu bau atau harum sulit untuk ku bedakan. Dia terus melihat ke arah ku, dengan senyumnya seakan ingin menyampaikan sesuatu padaku, rasa penasaranpun datang keingin tauan ku seakan memanggil wanita itu untuk mendekati ku, namun ia tetap dengan jaraknya yang tak begitu jauh dengan ku, "siapa dia?sedang apa dia?apa yang ingin dia katakan?" pertanyaan-pertanyaan itu terus bergeliat dikepala ku. Itu adalah wanita yang aku lihat saat aku hendak membuka pintu gerbang ku untuk masuk ke dalam rumah, beberapa saat sebelumnya saat aku berjalan pulang ke arah rumah ku, tepatnya jam 23.30 malam, karena modem dirumah ku mati, aku yang saat itu terpaksa harus bolak-balik ke warnet untuk mengerjakan tugas hingga malam, membuka pertemuan ku dengan sesosok wanita desa yang baunya mangir langsat. Beberapa menit sebelum aku bertemu wanita itu, aku yang sedang berjalan ka arah rumah ku sambil menundukan kepala, namun saat aku menanggah kulihat ke jalan atas rumah ku, tak tampak dua rumah di atas dan gang kecil yang menghubungkan komplek rumah ku dengan kampung belakang, 

"kemana gang nya?dua rumahnya pun tak ada" jalan yang luas dan gelap dengan pohon-pohon tinggi yang aku lihat, gang dan rumah-rumah itu seakan menghilang, saat akan membuka pintu gerbang rumah ku, disitulah ku cium bau mangir langsat arahnya tepat dari sebelah kiri ku depan pohon mangga yang sudah ditebang, akupun menolehkan kepala ku ke arah bekas pohon mangga tersebut, wanita cantik berkepang dengan baju kebaya nya berdiri disana melihat ke arah ku sambil tersenyum, beribu pertanyaan menghampiri fikiran ku, "siapa dia?sedang apa dia?mau apa dia?" 

          Kesadaran akan dunia yang aku lihat, dunia yang tak bisa dilihat dengan kasat mata, menyadarkan ku untuk tidak terlalu menghiraukan, aku percaya setiap malam adalah dunia mereka, mereka tak akan mengganggu, mereka hanya melakukan aktifitas mereka, tak jarang aku melihat aktifitas mereka di malam hari, kehidupan mereka, tempat-tempat mereka yang mungkin tidak semua orang bisa melihatnya, namun aku tak ingin masuk dalam dunia mereka, cukup melihat dan mendengar, satu keluarga hantu pun yang sedang berkumpul layaknya kehidupan manusia dengan aktifita-aktifitasnya sering kulihat, bahkan terkadang mereka mengajak ku untuk berkumpul dengan mereka, namun aku sadar aku punya jarak dengan mereka, ku tolak dengan cara yang baikpun mereka mengerti, tapi aku takkan menolak jika ada dari mereka yang ingin berinteraksi dengan ku, menceritakan apa yang ingin mereka ceritakan, dengan doa-doa, wejangan-wejangan yang Kyai Enjang berikan padaku, sekarang aku siap mendengarkan mereka.

"Alunan Tidung" (Part 2)

Dalam kisah ku yang ini tak banyak yang ingin ku ceritakan, karena di malam ini tak banyak pula yang aku alami. Sama seperti dua malam hari sebelumnya, dingin, hening, sunyi yang aku rasakan, kerinduan akan kebisingan asap-asap yang bersuara seperti segerombolan lebah datang merasuk ke dalam dada. Mungkin aku yang telah terbiasa atau entah apapun, namun beri aku satu tanda bahwa kalian masih ada, masih dapat ku lihat, masih dapat ku dengar juga masih dapat kurasakan kehadiran kalian .


Malam itu jam menunjukan pukul 23.00 , dimana aku dan kakak ku Mahesa sedang asyik bercengkrama dalam kamar ku, karena hari itu papa harus pergi ke Jakarta untuk mengantar kakaknya pulang kesana. Saat aku dan kakak ku larut dalam sebuah obrolan, samar-samar ku dengar pukulan suara gong menggema ditelinga ku, seketika aku terdiam dan mencoba mendekati jendela kamar ku, ku coba tajamkan pendengaran ku kali ini terdengar lebih jelas, "kenapa de?apa yang kamu dengar?" tanya kakak ku yang heran saat melihat ku tiba-tiba terdiam seperti sedang mengamati sesuatu dengan telinga ku. Yah..kali inipun terlihat dua orang pria mengenakan kebaya hijau serta samping panjang lengkap dengan blangkonnya duduk sila seperti melayang dengan dikelilingi banyak alat musik tradisional yang berbunyi lembut tanpa ada yang menyentuhnya dan juga tanpa ada sinden yang mengalunkan syair-syair jawanya,kali ini hanya bunyi-bunyi alat musiknya saja. Kedua pria ini sangat tampan sekali dengan kepala yang agak menunduk dan mata yg terpejam namun terlihat ada sedikit senyuman dibibirnya. Kenyamanan alunan tidung kudapati lagi disaat alat-alat musik tradisional itu mulai bergerak, hening rasanya, tak banyak yang aku lakukan, karena kakak ku pun ternyata sudah terlelap dalam tidurnya, dan akupun coba untuk memejamkan mata sambil menikmati alunan tidung yang mengantarkan ku ke dalam tidur ku.

"Alunan Tidung"

          Dingin, hening, lembab yang kurasakan. Malam ini tak seperti biasanya sunyi... sangat sunyi..., suara segerombolan lebahpun tak ku dengar lagi, tersirat dalam hati akupun bertanya "kemana mereka??" takut yang dulu kurasakan takut jika harus mendengar suara-suara mereka seperti segerombolan lebah yang akan menyengat ku, seketika berubah menjadi rasa rindu, rindu dengan kebisingan asap-asap kecil yang berseliweran disekitar ku, sulit untuk ku terlelap malam ini, namun lamunan ku membawa aku ke dalam tidur ku, perlahan-lahan akupun mulai terlelap. Setelah beberapa lama mata ini terpejam, namun entah mengapa seketika aku mendengar alunan yg lembayung, entah itu apa. Aku yang saat itu terbangun namun dengan mata yang tetap terpejam, ku coba untuk lebih mendengarkan alunan itu, semakin tajam dan semakin tajam. Yah..terdengar sangat jelas suara sinden yang sedang mangalunkan syair dalam bahasa jawa terdengar sangat merdu, diiringi gamelan, suling bambu, bonang dan alat-alat musik tradisional lainnya yang sangat jelas ku dengar. Akupun mulai membuka mata ku perlahan-lahan, kulihat tepat di arah jendela kamar ku, kulihat diluar sana wanita dengan kebaya berwarna merah menyala lengkap sampingnya seperti sedang duduk di atas tikar berwarna coklat namun masih samar-samar kulihat, diikuti alunan alat-alat musik tradisional yang sedang dimainkan oleh beberapa pria yang juga mengenakan kebaya beserta blangkonnya. Tak kulihat jelas wajah mereka, sindenpun seakan menundukan kepalanya.

          Cukup lama sinden itu bersenandung, aku hanya bisa terdiam sambil menikmatinya, tanpa tersadar waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. lembut yang aku rasakan nyaman dan sangat merdu meskipun ada sedikit kegelisahan yang aku rasakan, aku mencoba untuk tertidur kembali, tapi cukup sulit pula untuk aku terlelap karena aku terlalu menikmati alunan itu alunan tidung alunan yang sangat hening untuk didengar. Malam ini apa yang aku dengar tak akan ku jadikan suatu hal yang mengganggu ku namun akan ku jadikan sesuatu hal yang dapat mengantarkan ku ke dalam tidur ku yang lelap. Aku memutuskan untuk merebahkan kembali tubuh ku dengan berbalut selimut tebal sambil memejamkan mata ku dengar alunan itu kurasakan dalam setiap nada-nada nya yang terdengar jelas namun jauh dan menggema ku hirup dalam setiap nafas ku, hingga aku mulai terlelap nyenyak dalam tidur ku sampai lantunan adzan berkumandang.

Hingga aku terbangun, aku hanya bisa tersenyum mengingat apa yang aku lihat dan aku dengar semalam, Alunan yang merdu dan nyaman.

Jumat, 13 April 2012

Membaca Aura Dosen

          Pagi itu cuaca sangat dingin, aku berangkat kuliah bersama papa ku, mengingat hari itu masuk pukul 07.00 pagi agak terburu-buru untuk pergi ke kampus karena rumah ku yang lumayan jauh dari kampus, sesampainya dikampus akupun masuk ke dalam kelas yang masih sangat berisik karena Dosen pun belum datang. Aku sangat ingat hari itu pelajaran Bapak.Manap Solihat Dosen mata kuliah komunikasi massa yang sekaligus adalah seorang Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi dikampus ku. Beliau orang yang sangat enak dalam mengajar, dengan senyumnya yang manis beliau memberikan pengajaran-pengajaran dengan santay namun serius, jika melihat beliau orang-orang pasti akan mengira beliau orang yang selalu berbahagia tanpa ada masalah, karena tak sedikitpun terpancar kesedihan dari raut wajahnya. Namun lain halnya dengan apa yang aku lihat saat itu, aura putih yang sejuk dilihat mata bersinggungan dengan aura coklat gelap yang jelas terpancar dari tubuhnya, akupun mulai heran, feeling ku mulai berbicara seakan melihat kegelisahan dan kegundahan dalam hatinya. Beliaupun memberikan tugas yang harus dikerjakan pada saat itu juga, saat semua sudah selesai mengerjakan tugas-tugasnya dan mengumpulkannya di meja Dosen, aku tetap diam di kursi menunggu yang lain selesai mengumpulkan dan pergi keluar kelas.

          Giliran aku mengumpulkan tugas, di awali dengan kata maaf aku mencoba berbicara pada beliau "Bapak maaf sekali maaf, bukan maksud jani mau lancang, tapi jani lihat bapak seperti sedang ada masalah?" Beliau sempat memperlihatkan wajah kaget sambil berkata "kok kamu tau?coba duduk dulu ambil kursi kesini" akupun menuruti perintah beliau, ku ambil kursi ku duduk didepan beliau dan sekali lagi menjelaskan "aura bapak tuh enak dingin putih, tapi yang jani lihat seperti ada sesuatu dalam aura itu" dengan tidak berbasa-basi lagi beliau menceritakan apa yang sedang dia alami kekhawatiran dan kegelisahan yang tak bisa aku share pada siapapun masalah beliau, hingga beliaupun bertanya apa yang harus beliau lakukan untuk menghadapi permasalahannya, aku hanya bisa memberi sedikit pesan pada beliau jika beliau tak perlu panik karena kalau panik semuanya akan berantakan, beliaupun memberikan senyumannya padaku, sehingga akupun merasa tenang sudah menyampaikan apa yang aku lihat dalam dirinya.

Mulai Terbiasa !!

         Beberapa bulan berlalu, dengan wejangan-wejangan yang Kyai Enjang berikan padaku, aku mulai terbiasa dengan kehidupan ku yang sekarang, tidak jarang aku melihat sosok-sosok disetiap ruangan yang aku tempati bahkan dikampus ku dan didalam kelas sekalipun, teman-teman ku tau apa yang terjadi padaku, ada yang berpesan untuk aku tak mengatakan pada teman-teman perempuan ku jika aku melihat sosok-sosok didalam kelas, namun lain halnya dengan tema-teman pria ku, mereka sebaliknya selalu bertanya apa yang aku lihat,bagaimana dan dimana, sampai terkadang aku lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka. terkadang didalam kelaspun aku duduk bersebelahan dengan sosok bayangan hitam namun aku berusaha tak menghiraukan karena dia tak mengganggu ku, "kalau hanya sekedar duduk disebelah ku, boleh ko" bisik ku padanya. Ku lalui hari-hari ku seperti biasa, menjalankan aktifitas seperti biasa, tak ada yang sulit karena selalu ku ucap dalam hati "tak ada yang ku takuti selain Sang Pencipta".

          Hari itu aku pulang kerumah seperti biasa, menonton tv, makan, dan hal-hal lain yang aku lakukan, menjelang malam hari, yah..begitulah sudah terbiasa aku melihatnya asap-asap kecil yg berseliweran kesana-kemari dengan jumlah yang sangat banyak, dan aku melihatnya menjadikan sesuatu hal yang lucu, ku anggap mereka casper hantu yang baik hati yang ada dalam film kartun, tak jarang juga ada yang menyenggol ku, bahkan tak jarang juga ada yang menyapa ku seolah ingin ku ajak bicara, namun selalu aku tak menghiraukan itu. Malam itu ingin sekali aku tidur dengan tenang, jika sebelum-sebelumnya aku tak ingin tidur menghadap jendela karena selalu ada bayangan hitam berdiri tegak tepat diluar jendela kamar ku seperti sedang memperhatikan ke arah ku, tapi malam ini aku ingin tidur seperti semula berbalik ke arah jendela kamar ku, malam yang menunjukkan pukul 23.30 sudah membuat ku sangat mengantuk, tv yang masih menyala dan papa yang sudah tertidur dengan lelap dikamarnya, akupun mematikan lampu, seketika bayangan itu ada kulihat dengan jelas bayangan hitam yang seperti berdiri dibelakang jendela kamar ku yang tertutupi gorden berwarna biru langit, karena merasa sudah sangat lelah sambil melihat ke arah jendela akupun berkata "jangan pernah berniat untuk masuk kedalam kamar ku, hari ini aku ingin tidur dengan tenang" seolah mengerti apa yang aku katakan, kulihat bayangan itu seakan menganggukkan kepalanya 1 kali dengan gerakan yang sangat lamban. Tak banyak ku ceritakan pada papa, mama, atau kakak ku, karena ku anggap ini sudah ku jadikan sesuatu hal yang biasa.

Cerita Mama dan Papa

         Ku lewati hari demi hari seperti biasa, aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi padaku, dua minggu berturut-turut aku masih tak ingin keluar rumah di malam hari, jam 4 sore saja aku sudah berada dalam kamar, seperti tak ingin tau dunia luar. Bimbingan dari papa dan Kyai Enjang untuk menyempurnakan kelebihan ku, keluarga ku selalu meyakinkan ku kalau aku mampu untuk menjalani semua ini. Aku seperti baru terlahir ke dunia ini, dunia ku yang memang nyata ku lihat, dan dunia mereka yang sesungguhnya tak ingin ku lihat, namun aku tak bisa menolak pemberian ini sebisa mungkin harus ku terima ku jalani dengan hati yang lapang dan ikhlas.

         Hari ini hari minggu aku ingin sekali bertemu mama untuk menceritakan apa yang aku alami, di antar oleh kakak ku yang memang setiap weekend pulang ke Bandung, aku melakukan perjalanan menuju rumah mama pagi hari sekitar pukul 09.00 sesampainya dirumah mama, aku menceritakan apa yang aku alami, mendengar cerita-cerita ku tak sedikitpun ku lihat wajah heran, aneh, atau kaget dari mama begitupun juga yang aku lihat dari papa saat mengetahui apa yang terjadi padaku, tak sedikitpun wajah heran, aneh atau kaget ku lihat dari papa, malah papa selalu tertawa menyadari apa yang telah terjadi padaku sekarang. Kembali ke cerita mama, mama hanya tersenyum melihat ku, mama pun mulai menceritakan bagaimana aku saat kecil.


Mungkin sekitar 15 atau 14 tahun yang lalu, aku seorang anak kecil yang pada umumnya sama dengan anak-anak kecil lainnya, aku senang bermain, tertawa, sama seperti hal nya anak-anak kecil lainnya. Malam itu menunjukkan pukul 01.00 dini hari, jika pada jam 8 malam hari anak-anak seumuran ku sudah terlelap dalam tidurnya, aku masih saja membuka mata ku padahal mama ku sudah menidurkan ku dari jam 8 malam, hingga mama dan papa ku kesal karena aku tak tidur-tidur, saking kesalnya untuk menakuti ku agar aku mau tidur, mama dan papa mengunci ku di dalam sebuah gudang kosong yang sangat gelap, gudang yang berisi perlengkapan dapur yang sudah berdebu, namun ada hal yang ganjal yang papa dan mama lihat saat itu, jika pada umumnya anak-anak kecil lain akan menangis ketakutan di kunci di dalam gudang yang sangat gelap, tapi aku malah tertawa-tawa sambil memainkan gelas-gelas dalam gudang tersebut seolah ada yang mengajak aku bermain, mama menceritakan sejak kecil aku tak pernah takut akan gelap bahkan aku selalu ingin berada didalam ruangan gelap karena disitulah aku bisa bermain dengan teman-teman ku dari dunia mereka dunia yang bisa kalian sebut "hantu" aku berkata pada mama kalau sulit untuk aku mempercayai itu dan sedikitpun tak bisa ku ingat kejadian-kejadian masa kecil ku, jelas aku tak pernah ingat karna pada saat itu mama dan papa mulai khawatir dengan aku yang selalu bercengkrama sendirian, melihat sosok-sosok yang tak dilihat papa dan mama sampai pada akhirnya papa dan mama memutuskan untuk membawa aku ke tempat orang pintar yang sudah berguliat dengan dunia ghoib.


Namanya Pak Ugih, ke khawatiran papa dan mama ku membawa aku kerumah Pak Ugih, papa dan mama menceritakan semua yang terjadi padaku, karena melihat umur ku yang masih sangat kecil papa dan mama memutuskan untuk menutup HIJAB ku itu yang memang sudah terbuka sejak aku masih dalam kandungan, dengan bantuan Pak Ugih HIJAB ku di tutup dan memori ku se akan dibuat untuk tak mengingat hal-hal yang aku alami. Setelah berhasil ditutup aku menjadi seorang anak yang penakut, bahkan dengan kegelapan sekalipun, tak dapat lagi aku mengingat disaat aku bermain dengan teman-teman hantu ku, tak dapat lagi aku melihat mereka, hingga hampir 20 tahun sudah aku melewati hari-hari ku, sampai pada saatnya sekarang ini disaat HIJAB ku terbuka kembali, hal-hal yang aku alami bahkan menyandang status yang orang katakan padaku sebagai anak "Indigo" karena tak hanya melihat hantu, melihat dunia yang sebenarnya tak ingin aku lihat, melihat kejadian-kejadian hingga membaca aura orang mengalir begitu saja dari dalam diriku, sesungguhnya aku tak menginginkan semua ini karena setiap hal-hal itu mengalir begitu saja keluar dari dalam tubuh ku, sehingga rasa lemas seakan energi ku terkuras dan sakit kepala yang mendera membuat ku sangat lelah, namun inilah aku dengan anugrah yang terkadang membebani ku, kini aku tak hanya hidup dalam dunia ku, namun akupun hidup dalam dunia mereka, ini awal dari kisah-kisah ku buka kan mata, hati, dan telinga kalian untuk mendengar dan melihat semuanya, semoga dapat memberikan pelajaran-pelajaran penting untuk kalian yang melihat dan mendengar.

HIJAB (Part 4)

          Seminggu berlalu yang terjadi padaku, ku lihat banyak penampakan-penampakan aneh. Setelah malam dimana aku diberikan air doa oleh Kyai Enjang, keesokan harinya tepat pukul 07.00 pagi hari papa mengajak aku ke pesantren untuk menemui Kyai Enjang, beliau sangat ramah dengan senyum yang terbuka beliau menyambut kedatangan ku dengan papa, beliau tak langsung menanyakan apa yang aku lihat, dengan sedikit basa-basi untuk menghangatkan suasana beliau membuka percakapan antara aku, papa, dan beliau dengan menanyakan "gimana keadaan neng sekarang?sudah tenang?" aku hanya bisa menganggukan kepala. Beliau pun mulai menanyakan satu persatu apa yang aku alami, ku ceritakan pelan-pelan, hingga beliau menyuruh ku untuk menatap matanya dan mengucapkan kata "bismillahirohmanirohim" sebanyak 7 kali. Setelah ku lakukan dengan hati yang ikhlas, aku melihat bayangan yang bercahaya putih tepat dibelakang Kyai Enjang tersebut, "neng lihat dibelakang bapak?ada apa?" aku tak dapat berkata-kata, aku hanya menganggukan kepala dengan mata terbelalak melihat sesuatu yang ada dibelakang Kyai Enjang, beliau hanya tersenyum, dan mengambil mangkok kecil yang didalamnya terdapat banyak lafad-lafad al-quran, dengan berisi air yang harus ku minum, beliau pun memberikan aku wejangan ayat al-quran untuk ku baca setiap hari, ayat pertama untuk melindungi ku dari makhluk-makhluk yang aku lihat, kemudian ayat kedua untuk ketenangan jiwa.

          Setelah semuanya selesai Kyai Enjang baru menjelaskan yang sesungguhnya, HIJAB ku telah terbuka, kalian tau HIJAB? HIJAB adalah mata bathin, semua orang memiliki HIJAB untuk merasakan sesuatu hal dengan peka namun tak semua orang memiliki HIJAB yang terbuka sehingga mereka hanya bisa merasakan dengan tak melihat, HIJAB ini sudah ku miliki sejak aku masih dalam kandungan, bisa dibilang ini kelebihan kalau dalam bahasa gaul ini disebut "sixtsense" ini anugrah yang diberikan Sang Maha Pencipta kepadaku, kelebihan ini tak bisa dihilangkan oleh siapapun, sekalipun harus hilang hanya aku sendiri yang bisa itupun harus dengan kehendakNya, kini HIJAB ku sudah terbuka kembali dan aku harus menerima kenyataan ini dengan ikhlas itu yang dijelaskan Kyai Enjang padaku.

         Entah apa yang akan terjadi padaku esok hari dan seterusnya, tak terbayang oleh ku, khawatir yang aku rasakan, mungkin akan ada yang lebih menyeramkan yang aku lihat? entahlah, aku hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini, dan kini aku hidup dengan melihat dua dunia, dunia ku (dunia manusia) dan dunia mereka.

HIJAB (Part 3)

         Kejadian melihat sosok makhluk menyeramkan dengan badan yang besar, tinggi, hitam, rambut yang berantakan seperti akar-akar pohon, jari-jari beserta kuku-kuku nya yang panjang membuat ku jatuh sakit, sudah lewat 4 hari aku tak masuk kuliah karena badan ku yang lemas dan kepala ku yang pusing membuat aku harus beristirahat di rumah, papa pun tak mengijinkan aku masuk kuliah dengan kondisi yang tak memungkinkan ini. Seharian dirumah itu sangat membosankan, menjelang sore, Nia pacar kakak ku mengunjungi ku kerumah untuk melihat keadaan ku, rasa bosan ku mulai berkurang saat Nia datang kerumah, aku memasakkan telor kecap untuknya kitapun makan bersama dirumah. Waktupun menunjukan pukul 18.00 dimana adzan maghrib berkumandang, aku dan Nia bergegas melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslimah, selesai shalat kita kita duduk dikursi ruang tamu sambil menonton tv yang aku balikkan ke arah aku dan Nia,hingga tak terasa jam menunjukan pukul 20.00 malam, karena takut pulang kemalaman kerumah Nia bergegas pulang, dengan mengenakan jas hujan karena malam itu memang hujan. Aku mengambil jaket dan mengantarkan Nia sampai depan gerbang rumah ku, Nia menaiki motornya yang kemudian menjalankan motornya. Rasa bosan yang aku rasakan membuat aku ingin kuliah, aku memutuskan kalau besok aku akan pergi kuliah, dengan mengenakan jaket yang ada kupluknya, malam itu setelah kepulangan Nia, aku melangkahkan kaki ke arah warung tak jauh dari rumah ku untuk membeli shampo, aku berjalan dengan kepala menunduk, setelah membeli shampo masih di depan warung tersebut saat aku akan pulang kerumah, ku balikan badan ku dan ku tanggahkan kepala ku, dan.. "Ya Tuhan.... apa ini???" banyak sekali asap-asap berseliweran disekitar ku, mengelilingi ku, aku lihat sekeliling ku, dengan mata yang terbelalak jantung yang bedegup kencang aku mulai merasa panik, ingin sekali berteriak agar satu orang saja dari tetangga ku keluar dari rumahnya, namun sulit sekali untuk mengeluarkan kata-kata pun sangat sulit, karena malam itu hujan jadi tak ada satupun warga yang aku lihat diluar rumah, sepi sangat sepi, ku balikkan kepala ku untuk melihat ke arah jalan dibawah rumah ku dan aku melihat bayangan seorang anak kecil bertaring sedang berdiri di depan salah satu rumah tetanggaku, lalu ku tolehkan kepala ku ke arah jalan di atas rumah ku, tepat di ujung gang aku melihat sesosok bayangan putih yg melesat terbang ke atas, juga asap-asap putih yang berseliweran kesana-kemari. Aku tak bisa mengatakan apapun, ku paksakan kaki ku berjalan menuju rumah, bergegas aku masuk ke dalam kamar, seketika badan ku menggigil lagi, kepala ku mulai terasa sangat sakit, ku jambaki rambut ku sendiri sambil menjerit-jerit ketakutan, kemudian kakak ku Mahesa menelepon ku, ia kaget mendengar aku menjerit-jerit menangis ketakutan di telepon, sambil menangis ketakutan aku berkata pada kakak ku di telepon "mereka ada, aku lihat banyak!!!!" 


Dengan berusaha menenangkan ku, di telepon pelan-pelan kak Mahes membimbing ku dengan bacaan-bacaan doa, saat sudah mulai merasa tenang namun tetap dengan badan yang menggigil dan rasa takut yang sangat dalam aku menelepon papa, sambil menangis, papa bergegas pulang, namun malam itu lama sekali papa tiba dirumah, ternyata papa mampir ke sebuah pesantren tak jauh dari rumah ku, untuk menemui seorang Kyai bernama Kyai Enjang, papa menceritakan dengan singkat apa yang terjadi padaku tadi, kemudian Kyai Enjang memberikan air minum aqua yang sudah dibacakan doa-doa. Setelah mendapatkan air tersebut papa langsung bergegas pulang, sesampainya dirumah papa memberikan air itu untuk ku minum dan menuntun ku ke arah kamar mandi untuk di wudhukan oleh ku, akupun mulai merasa tenang dan bisa tertidur dengan lelap. Kyai Enjang berpesan pada papa, kalau aku sudah tenang bawa aku ke pesantren untuk menemui Kyai Enjang, karena beliau melihat sesuatu yang ganjal pada diriku.

HIJAB (Part 2)

Hari ini ku lalui waktu ku seperti biasa, kegiatan-kegiatan ku jalani sebagaimana mestinya, tapi hari ini aku sangat lelah sekali menjalankan aktifitas kuliah dari pagi hingga menjelang malam. Waktu menunjukan pukul 17.30 sore hari, aku menyebrang jalan depan kampus ku, ku hentikan angkot untuk ku naiki, hari ini aku pulang sendiri jalan kerumah dari kampus ku sangat jauh bisa memakan waktu 1 jam itupun jika tak ada hambatan, tapi sore itu jalanan sangat macet hingga aku tiba di daerah rumah ku tepat pada pukul 20.00 malam hari, yaa masih lumayan siang sih, sesampai di depan komplek rumah ku dimana ada patung kuda yang biasa ku sebut "PATUNG KUDA JEMPING" haha.. karna kaki kuda nya mengangkat, disitu lah banyak ojek-ojek mangkal hingga malam, masih harus naik ojek untuk sampai ke depan rumah ku. Aku duduk di jok motor ojek yang aku naiki, dengan telinga yang terpasang headset sambil mendengarkan lagu ku lewati perjalanan kerumah ku yang lumayan jauh juga dari tempat ojek-ojek mangkal itu. Karna asyik mendengarkan lagu yang ku putar, aku dilupakan akan kejadian yang aku alami saat melewati pabrik kosong yang sudah tak layak pakai itu.


Aku memejamkan mata menikmati setiap alunan lagu yang sedang aku dengar malam itu, romantiskan duduk bersama tukang ojek sambil mendengarkan lagu? Akupun tersadar saat mulai menaiki tanjakan dimana persis kulewati pabrik kosong tersebut, aku tak melihat apapun seperti yang aku lihat malam ketika aku pulang bersama papa, namun setelah melewati pabrik itu seketika entah mengapa ingin sekali aku menolehkan kepala ku untuk melihat ke arah pabrik tersebut, dengan perlahan-lahan ku balikkan kepala ku, dan.... Ya Tuhan aku melihatnya lagi, sosok makhluk hitam tinggi besar dengan rambut yang berantakan seperti akar juga jari-jari tangan beserta kuku nya yang panjang dan ini lebih menyeramkan dari sebelumnya, karna makhluk itu menoleh ke arahku dengan mata yang bulat besar merah melototi ku, aku langsung panik hingga menepuk-nepuk punggung tukang ojek yang aku naiki untuk menjalankan motornya agar lebih cepat sambil marah tukang ojek itu berkata dalam bahasa sunda "tong nyingsieunan atuh neng,ieu teh geus peuting!!!" (jangan nakut-nakutin neng, ini tuh udah malam) akupun mulai menangis ketakutan, fikiran ku mulai tak karuan.

 Sesampai dekat rumah ku, aku langsung melemparkan uang dan berlari menuju rumah ku, dengan kaki tangan yang bergemetar, jantung yang bedegup sangat kencang, rasa takut yang amat sangat takut, aku lekas membuka pintu rumah ku berlari ke arah kamar dan merebahkan tubuh ku di atas kasur, badan ku mulai menggigil tubuh ku mulai panas, aku langsung menghubungi papa untuk segera pulang.

Tak lama kemudian papa pulang, papa langsung membacakan doa-doa untuk ku, bergegas shalat dikamar ku, aku mulai merasa tenang, badan ku pun tak menggigil lagi, malam itu papa tidur dikamar ku untuk menemani ku. Hingga menjelang pagi, badan ku sangat lemas mengingat kejadian semalam aku hanya bisa meneteskan air mata sambil meminta ampun atas apa yang aku lihat "Ya Tuhan, lindungi aku...kenapa aku harus melihatnya lagi? hal yang tak ingin aku lihat, ampun Tuhan.."

HIJAB

Malam itu jam menunjukan pukul 10 malam, aku masih berada di rumah Nia pacar kakak ku, aku tak berani pulang kerumah sendirian mengingat jalan kerumah ku melewati pabrik kosong yang terlihat sudah bertahun-tahun tak digunakan, aku memutuskan untuk menunggu papa menjemput ku sepulang papa bekerja. Aku masih dengan aku yang tak merasakan apa-apa. Suara motor tepat di depan rumah Nia jelas terdengar motor papa yang datang menjemput ku, akupun bergegas mengambil tas lalu keluar rumah Nia untuk menghampiri papa, aku nik ke atas motor sambil melambaikan tangan pada Nia tanda ucapan sampai jumpa!

perjalanan ku pulang kerumah dari rumah Nia tidak terlalu jauh, saat mulai akan melewati tanjakan dimana sebelah kiri jalan tanjakan itulah terdapat pabrik bekas yang sudah tak layak pakai, saat melewati tepat depan gerbang pabrik bekas tersebut aku melihat sosok makhluk tinggi hitam dan sangat besar dengan rambut yang menyerupai akar bercabang, dan jari-jari beserta kuku-kuku nya yang panjang,






aku mulai ketakutan, seketika jantung ku berdegup amat sangat kencang, aku tak berani menoleh lagi ke belakang untuk melihat makhluk itu panik, khawatir dan gelisah yang aku rasakan. Sesampainya di rumah aku bergegas masuk mengganti baju ku lalu merebahkan tubuh ku di atas kasur sambil berselimut, ku baca doa-doa yang aku ingat dalam rasa panik ku hingga aku terlelap. Pagi pun menjelang, masih dengan keputusan ku untuk tidak menceritakan apa yang aku lihat semalam pada papa, namun pagi itu punggung ku terasa berat tapi aku tak memperdulika hal itu, sampai sore tiba aku mulai tak tahan dengan punggung ku yang mulai terasa sangat berat, akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan yang semalam aku lihat pada papa, sambil menanyakan apa yang harus aku lakukan pada punggung ku yang terasa berat ini. Saat akan ku kirim sms pada papa ku, kakak ku mengambil handphone ku dan membaca pesan yang belum ku kirim itu, kakak ku langsung menanyakan apa yang terjadi, ku ceritakan semua yang aku lihat semalam, "udah ga apa-apa, kamu lagi sial tadi malem de" ujar kakak ku, sedikit menenangkan ku. Dengan doa-doa yang aku baca dan berusaha untuk tidak mengingat apa yang aku lihat semalam membuat rasa berat di punggung ku perlahan-lahan hilang.

Asap-asap Lebah

"Apa ini???" gumpalan-gumpalan asap kecil berlalu lalang disekitarku banyak sekali mungkin seratus, dua ratus, atau bahkan ribuan asap kecil berseliweran disekitarku, mengelilingiku. Suara-suara lancang seperti segerombolan lebah mulai mengganggu pendengaranku. Mata ku terbelalak seketika melihat entah benda atau apa itu yang aku lihat, jantung ku berdebar sangat kencang, lutut ku bergetar sangat kencang, ingin aku segera membuka pagar rumah ku saat apa yang aku lihat mulai mengganggu fikiran ku, mengacaukan perasaan ku, tapi badan ini sulit untuk ku gerakkan, kaki pun sulit untuk ku langkahkan, seperti ada sesuatu yang memberikan kesempatan untuk aku melihat semua ini. Entah apa yang harus ku ucapkan, keringat dinginpun mulai bercucuran, "Ya Tuhan, lindungi aku dari apapun yang aku lihat dan aku dengar" hanya itu yang bisa aku ucap dalam hatiku. Seketika asap-asap itupun mulai hilang dari penglihatan ku, tapi suara-suara seperti segerombolan lebah semakin kencang dan semakin sakit untuk ku dengar. Ku angkat tangan ku untuk menarik pagar rumah ku dan mulai ku langkahkan kaki yang sangat berat ini untuk melangkah menuju pintu rumah, Akupun mulai merasa tenang saat sudah berada didalam rumah,segera ku masuk ke dalam kamar ku tarik selimut sambil ku coba untuk memejamkan mata. Akupun terlelap hingga pagi menjelang, perasaan tenang namun gelisah atas apa yang aku lihat dan aku dengar semalam, belum ingin ku ceritakan apa yang aku alami semalam pada Papah, Mamah, juga Kakak ku, diam seakan tak pernah terjadi apa-apa padaku semalam adalah jalan yang ku pilih saat itu, namun apa yang aku alami semalam sangat mengganggu fikiran ku setiap saat, entahlah mungkin aku sedang sial atau apa.