Sabtu, 14 April 2012

"Alunan Tidung" (Part 2)

Dalam kisah ku yang ini tak banyak yang ingin ku ceritakan, karena di malam ini tak banyak pula yang aku alami. Sama seperti dua malam hari sebelumnya, dingin, hening, sunyi yang aku rasakan, kerinduan akan kebisingan asap-asap yang bersuara seperti segerombolan lebah datang merasuk ke dalam dada. Mungkin aku yang telah terbiasa atau entah apapun, namun beri aku satu tanda bahwa kalian masih ada, masih dapat ku lihat, masih dapat ku dengar juga masih dapat kurasakan kehadiran kalian .


Malam itu jam menunjukan pukul 23.00 , dimana aku dan kakak ku Mahesa sedang asyik bercengkrama dalam kamar ku, karena hari itu papa harus pergi ke Jakarta untuk mengantar kakaknya pulang kesana. Saat aku dan kakak ku larut dalam sebuah obrolan, samar-samar ku dengar pukulan suara gong menggema ditelinga ku, seketika aku terdiam dan mencoba mendekati jendela kamar ku, ku coba tajamkan pendengaran ku kali ini terdengar lebih jelas, "kenapa de?apa yang kamu dengar?" tanya kakak ku yang heran saat melihat ku tiba-tiba terdiam seperti sedang mengamati sesuatu dengan telinga ku. Yah..kali inipun terlihat dua orang pria mengenakan kebaya hijau serta samping panjang lengkap dengan blangkonnya duduk sila seperti melayang dengan dikelilingi banyak alat musik tradisional yang berbunyi lembut tanpa ada yang menyentuhnya dan juga tanpa ada sinden yang mengalunkan syair-syair jawanya,kali ini hanya bunyi-bunyi alat musiknya saja. Kedua pria ini sangat tampan sekali dengan kepala yang agak menunduk dan mata yg terpejam namun terlihat ada sedikit senyuman dibibirnya. Kenyamanan alunan tidung kudapati lagi disaat alat-alat musik tradisional itu mulai bergerak, hening rasanya, tak banyak yang aku lakukan, karena kakak ku pun ternyata sudah terlelap dalam tidurnya, dan akupun coba untuk memejamkan mata sambil menikmati alunan tidung yang mengantarkan ku ke dalam tidur ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar